MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
BAB 1 - BAB 5
NAMA MAHASISWA:
MUHAMMAD AZIS KURNIAWAN (13515917)
DOSEN:
JHON HENDRI
MUHAMMAD AZIS KURNIAWAN (13515917)
DOSEN:
JHON HENDRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS/JURUSAN PSIKOLOGI
KELAS 1PA13
2015
BAB I
Ilmu Budaya Dasar Sebagai Salah Satu MKDU
1.1 Pengertian Ilmu Budaya Dasar (IBD)
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar
adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang
kebudayaan, tentang berbagai macam masalah yang dihadapi manusia
dalam hidupnya sehari-sehari. Hal ini perlu, karena dirasakan kekurangan
pada sistem Pendidikan kita, baik pada tingkat menengah, maupun
pada tingkat perguruan tinggi. Diharapkan kegunaan mata kuliah ini, agar
lulusan perguruan tinggi kita dari semua jurusan dapat mempunyai suatu
kesamaan bahan pembicaraan. Adanya kesamaan ini diharapkan agar interalisi
antara intelektuil kita lebih sering dengan akibat positif bagi
pembangunan negara kita pada umumnya dan perbaikan pendidikan pada khususnya.
Diharapkan mata kuliah ini dapat menjadi semacam “Lingua franca” bagi para
akademisi dari berbagai lapangan ilmiah, dengan memiliki suatu bekal yang
sama ini diharapkan agar para akademisi dapat lebih lancar komunikasi ini
selanjutnya kan memperlancar pula pelaksanaan pembangunan dalam berbagai
bidang yang ditangani selanjutnya akan ditangani oleh para cendekiawan
dari berbagai lapangan keahlian itu.
1.2 Tujuan IBD
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah bahwa
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam
satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities).
Akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata sebagai salah satu usaha
mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran
serta kemampuan kritikannya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut
orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri. Untuk
bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat :
> Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya,
sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,
terutama untuk kepentingan profesi mereka.
> Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka
tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka
terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
> Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa dan negara
serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh kedalam sifat-sifat
kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang
lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang
berpandangan kurang luas, kedaerahan dan pengkotan disiplin yang kuat.
> Mengusahakan wahana komunikasi para akademis agar mereka lebih mampu
berdialog satu sama lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademis
diharapkan akan lebih lancar dalam berkomunikasi.
1.3 Ruang Lingkup IBD
Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok
bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian
mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
> Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan
budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin)
didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai
disiplin dalam pengetahuan budaya.
> Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang
beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Memilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak
dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia
tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam,
dengan sesama, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula hubungan
dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang
dikembangkan adalah:
> Manusia dan cinta kasih
> Manusia dan Keindahan
> Manusia dan Penderitaan
> Manusia dan Keadilan
> Manusia dan Pandangan hidup
> Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
> Manusia dan kegelisahan
> Manusia dan harapan
Materi ilmu sosial dasar terdiri
atas masalah-masalah sosial untuk dapat menelaah masalah-masalah, sosial
hendaknya terlebih dahulu kita dapat mengidentifikasi kenyataan-kenyataan
sosial dan memahami sejumlah konsep sosial tertentu. Sehingga dengan demikian
bahan pelajaran ilmu sosial dasar dapat dibedakan atas 3 golongan yaitu :
Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara
bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan
-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang
sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam
ilmu pengetahuan sosial.
Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat
dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial antara yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan.
BAB 2
Manusia Dan Kebudayaan
2.1 Pengertian Manusia
Manusia Dan Kebudayaan
2.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt
yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia
mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa
membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita pun bisa memilih
perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri.
Selain itu dapat diartikan manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk
pribadi dan makhluk sosil. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia
perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial.
Pengertian manusia dapat dilihat
dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),
“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu
menguasai makhluk lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep
atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia dan kebudayaan merupakan
salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia
sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka
sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan
sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha
Kuasa.
Namun siapakah manusia itu
sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di
pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang sebagai kumpulan dari
partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia).
Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu
biologi). Manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu
sosiologi) dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab
pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu
manusia berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang
akan menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
Manusia terdiri dari empat unsur
yang saling terkait, yaitu:
1. Jasad : badan kasar manusia
yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
Hayat : mengandung unsur
hidup, yang di tandai dengan gerak.
Ruh : bimbingan dan
pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran,
suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kebudayaan.
Nafs : dalam pengertian
diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal:
62-84).
Manusia sebagai satu kepribadian
yang mengandung tiga unsur, yaitu:
Id, merupakan struktur
kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id merupakan energi
psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual
menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan
yang harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak
langsung melalui mimpi atau khayalan.
Ego, sering disebut “eksekutif”
karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar
dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai
berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
Super ego, merupakan struktur
kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima tahun. Super ego
menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri
melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan,
1991; hal 205-206).
2.2 Hakekat Manusia
Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga
yang menyebut hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna , ada juga
yang menyebutnya makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat
manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan
karakternya, diciptakan dengan sebegitu sempurnanya. Hakekat manusia adalah
sebagai berikut :
Makhluk yang memiliki tenaga
dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Individu yang memiliki sifat
rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
Yang mampu mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
Makhluk yang dalam proses menjadi
berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
Individu yang dalam hidupnya
selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri,
membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
Suatu keberadaan yang berpotensi
yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
Makhluk Tuhan yang berarti ia
adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang
sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena
manusia dicipta dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa
mengalahkan terbangnya burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia
bisa berenang di dasar laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusai
mempunyai kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak
didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa
melampaui manusia.
2.3 Kepribadian Bangsa Timur
Kepribadian Bangsa Timur merupakan suatu
karakter yang mencerminkan masyarakat yang menganut budaya dari Timur (Asia
& Timur-Tengah), yang menunjukkan ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan
yang terdapat di daerah Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya
merupakan kepribadian yang mempunyai sifat teposeliro atau
memiliki sifat toleransi yang tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur
umumnya aktif dalam mengutarakan aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea,
dalam berdemokrasi mereka duduk sambil memegang poster protes dan di negara
Thailand, mereka berdemokrasi dengan tertib dan damai.
Kepribadian bangsa timur juga identik dengan
tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun dalam berpakaian.
Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang mencerminkan negara tersebut
memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya masyarakat Indonesia khususnya
daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata dengan lembut dan sopan. Dan
terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak boleh dilakukan menurut versi
orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu suatu nasihat yang membangun.
Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal tersebut merupakan ciri khas
kepribadian yang unik.
Bangsa timur juga memiliki kebudayaan yang masih
kental dari negara atau daerah masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara
tertentu yang masih dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia
masih banyak yang melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari
masing-masing daerah. Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas
daerahnya yaitu tarian pendet, kecak, tarian barong.
2.4 Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam
bahasa Sansekerta yang berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal)
atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai
hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan
unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar
sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal
dan ikhtiar manusia. Kebudayaan, cultuur (bahasa belanda), culture (bahasa
inggris), tsaqafah (bahasa arab), berasal dari perkataan latin “colere”
yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture
sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam disiplin ilmu antropologi budaya,
kebudayaan dan budaya itu diartikan sama (Koentjaraningrat, 1980:195). Namun
dalam IBD dibedakan antara budaya dan kebudayaan, karena IBD berbicara tentang
dunia idea tau nilai, bukan hasil fisiknya. Secara sederhana pengertian
kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu pada pengertian sebagai berikut :
Kebudayaan dalam arti luas,
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan dalam arti sempit
dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung
pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara
berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Sedangkan Koentjaraningrat. Mengatakan
bahwa kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
2.5 Unsur-unsur Kebudayaan
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam
kebudayaan universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system
organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup,
system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas,
masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
Sistem religi dan upacara
keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang
memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan
dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan”
kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan
lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar
tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan
dalam system religi dan upacara keagamaan.
Sistem organisasi
kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia
sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan
dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sistem pengetahuan, merupakan
produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain.
Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian
menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini
menyebar luas.
Sistem mata pencaharian hidup,
yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat
kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
Sistem teknologi dan peralatan,
merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya
yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan
erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan
alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya
daripada binatang.
Bahasa, merupakan produk dari
manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam
bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan
akhirnya menjadi bahasa tulisan.
Kesenian, merupakan hasil dari
manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan
fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan
psikisnya.
2.6 Wujud Kebudayaan
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga
penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua
wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri
dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami.
Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja.
Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit
dipahami.
Wujud pertama adalah wujud ideal
kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam
pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam
masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system,
disebut system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut
adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut
system social, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem
social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut
kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat.
Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba, difoto dan
dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat
tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
2.7 Orientasi Nilai Budaya
Kluckhohn dalam
Pelly (1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah konsep beruanglingkup
luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup.
Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah
sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai
ini mendorong individu untuk berperilaku seperti
apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa
hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl,
dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam
setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn
dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
(1) masalah hakekat hidup,
(2) hakekat kerja atau karya
manusia,
(3) hakekat kedudukan manusia
dalam ruang dan waktu,
(4) hakekat hubungan manusia
dengan alam sekitar, dan
(5) hakekat dari hubungan manusia
dengan manusia sesamanya.
Masalah pertama,
yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan
menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk
memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana,
dan mengenyampingkan segala
tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali
(samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini
sangat mempengaruhi wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda
ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat
kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu
sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang
tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk
mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa
kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi
bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi
manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi
ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya
ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini
sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan
kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu
dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada
juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang
ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut
hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam
bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan
bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar
individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian.
2.8 Perubahan Kebudayaan
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu
keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu
dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang
terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan
adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan
tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan
manusia lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di
dalam masyarakat. Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu:
Sebab-sebab yang berasal dari
dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
Sebab-sebab perubahan lingkungan
alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang
berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain
cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada umumnya generasi muda dianggap
sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang
masuk melalui proses akulturasi. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi
selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya
Terbatasnya masyarakat memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut.
Jika pandangan hidup dan
nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai
agama dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka
penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh
berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
Corak struktur sosial suatu
masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
Suatu unsur kebudayaan diterima
jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan
bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
Apabila unsur yang baru itu
memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan
kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
2.9 Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang
sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan
yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan
lain sebagainya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi
keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana
yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan –
peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia,
setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada
peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri.
BAB 3
Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan
Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan
3.1 Konsepsi Ilmu Budaya Dasar
Dalam Kesastraan
Ilmu Budaya Dasar secara sederhana adalah
pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pengetahuan dasar dan umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan .
Suatu karya dapat saja mengungkapkan lebih dari satu masalah, sehingga ilmu
budaya dasar bukan ilmu sastra, ilmu filsafat ataupun ilmu tari yang terdapat
dalam pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai
manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar
bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep. Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi
kebudayaan:
1. Kebudayaan yang terdapat antara
umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan
diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari
komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan
terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan
budaya nasional
Ilmu Budaya Dasar Merupakan
Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan:
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi
kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi
3.2 Pendekatan Kesusastraan
IBD, yang semula dinamakan Basic
Humanities, berasal dari bahasa Inggris the hu- manities. Istilah ini berasal
dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya. dan halus. Dengan
mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya
dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu
nilai kita sebagai homo hurnanus. Untuk menjadi homo hurnanus, manusia harus mempelajari
ilmu, yaitu the humani- ties. disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang
dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang-kadang
disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umumnya the humanities mencakup
filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita
rakyat, dan sebaginya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan
budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu
kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan mengjadifpengetahuan budaya. Hampir
disetiap'jaman, seni tennasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the
hurnanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai
kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat
dalam filsafat atau agama. Dibanding dengan cabang the humanities yang lain,
seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena
nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya normatif.
Karena seni adalah
ekspresi yang sifatnya tidak normatif` seni lebih mudah berkomunikasi. Karena
tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya
maupun cara penyarnpaiannya. Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan
yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa
Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menarnpung hampir semua
pemyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang
kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk
memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia
mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya
yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan
demikian, manusia dan bahasa pada hakemya adalah satu. Kenyataan inilah
mempermudah sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi,
karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi.
Sementara itu filsafat,
yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian,
kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak
inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi. Cabang_cabang seni yang
lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-genk dalam seni tari, misalnya, masih
perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat dinikmati,
bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran. Sebaliknya sastra adalah
penafsiran itu sendiri. Meskipun didalarn penafsiran itu sastra masih dapat
ditafsirkan lagi. Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih
mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan
gagasan-gagasannya dalam bentuk yang tidak normatif. Cabang-cabang seni yang
lain juga dapat menarik tanpa cerita, akan tetapi sulit bagi penciptanya
mengemukakan gagasanya. Dalam musik misalnya, kata-kata penciptanya tertelan
oleh melodinya. Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai
pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya.
Seniman adalah
media penyarnpai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu
menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain. IBD adalah salah satu mata
kuliah yang diberikan dalam satu semester. sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak
dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang
termasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD
semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan
cara memperluas wawasan pemikiran serta kemarnpuan kritikalnya terhadap
nilai-nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa
tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan
sebaginya. Memang seperti cabang-cabang the humanities lainnya, dalam Ihnu
Budaya Dasar sastra tidak diajarkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra
disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah-masalah kemanusiaan yang
dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat,
musik, seni rupa. dan sebagainya. Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan
mempelajari satu atau sebagian dari disiplin ilmu yang tercakup dalam the
hurnanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
3.3 Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan Dengan Prosa
Istilah prosa banyak padananya. Dalam bahasa
Indonesia istilah prosa diterjemahkan sebagai cerita rekaan dan didefinisikan
sebagai bentuk cerita yang mempunyai pemeran, peristiwa, dan alur yang
dihasilkan oleh imanjinasi. Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal prosa
lama dan baru :
Prosa lama meliputi :
1. Dongeng-dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
1. Dongeng-dongeng
2. Hikayat
3. Sejarah
4. Epos
5. Cerita pelipur lara
Prosa baru meliputi :
1. Cerita pendek
2. Roman/novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
1. Cerita pendek
2. Roman/novel
3. Biografi
4. Kisah
5. Otobiografi
3.4 Niali-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni bertulang punggung cerita, sastra
mau tidak mau membawakan moral, pesan/cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai
nilai-nilai. Nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa
fiksi memberikan kesenangan
2. Prosa
fiksi memberikan informasi
3. Prosa
fiksi memberikan warisan cultural
4. Prosa
memberikan keseimbangan wawasan
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi
menjadi dua, yaitu karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamanya, dan karya
sastra yang menyuarakan gejolak jamanya. Keduanya selalu menyampaikan masalah.
Masalah ini disajikan dengan interaksi tokoh-tokohnya. Konflik dapat terjadi
baik di dalam diri tokoh sendiri maupun antar tokoh satu dengan lainya.
3.5 Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi dipakai sebagai media belajar sesuai dengan pokok bahasan yang terdapat
pada ilmu budaya dasar. Puisi termasuk sastra, sedangkan sastra bagina dari
kesenian dan kesenian cabang dari kebudayaan. Kepuitisan, keartistikan, atau
keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kereativitas penyair dalam membangun
puisinya menggunakan :
1. Figura
bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori dsb.
2. Kata-kata
ambiquitas, yaitu kata-kata yang bermakna ganda
3. Kata-kata
yang berjiwa / kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi
pengalaman sang penyair sehinggal terasa
hidup
4. Kata-kata
konotatif, kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa.
5. Pengulangan,
berfungsi mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan sehingga mengunggah hati.
Dibalik kata-katanya yang sulit dimengerti puisi berisi potret kehidupan
manusia.
Alasan-alasan yang mendasari
penyajian puisi pada IBD antara lain :
1. Hubungan
puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian dan
penyampaian pengalaman disebut “pengalaman perwakilan”. Berarti manusia
memiliki salah satu kebutuhan hidupnya dari sekedar pengalaman langsung yang
terbatas.
2. Puisi
dan keinsyafan/kesadaran manusia
Dengan membaca puisi manusia
diajak untuk menjenguk hati dan pikiran manusia, baik orang lain maupun diri
sendiri.
3. Puisi
dan keinsyafan social
Puisi memberikan pengetahuan
manusia sebagai mahluk social, yang terlibat dalam isu dan problem social.
Puisi dapat menafsirkan situasi dasar social yang bisa berupa:
- Penderitaan
atas ketidakadilan
- Perjuangan
untuk kekuasaan
- Konflik dengan
sesamanya
- Pemberontakan
terhadap hokum Tuhan
Puisi-puisi umumnya berisi nilai-nilai etika,
estetika dan juga kemanusiaan. Cinta kasih adalah salah satu nilai kemanusian
yang sering dituangkan dalam puisi. Cinta kasih itu tidak berdiri sendiri terkadang
ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusian yang lain seperti penderitaan.
BAB 4
Manusia dan Cinta Kasih
Manusia dan Cinta Kasih
4.1 Pengertian Cinta Kasih
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau
rasa sayang (kepada), ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.
Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau menaruh
belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hamper sama sehingga
kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat rasa cinta. Oleh karena itu, cinta
kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai
dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang
hamper sama, antara keduanya terdapat perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung
pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan
untuk mengeluarkan rasa, mengarah pada orang atau yang dicintai. Dengan kata
lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara
nyata.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni
Mencintai menyebutkan bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan
member merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling
penting dalam member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi.
Cinta selalu menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan,
tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan.
Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsure,
yaitu ketertarikan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk
hanya bersama dia, segala prioritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu adanya
kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara Anda dan dia
sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan formal seperti Bapak,
Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan seperti
sayang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai,
rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta tersebut sama kuatnya, jika salah
satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu tidak sempurna atau dapat disebut
bukan cinta.
Secara sederhana cinta kasih adalah perasaan kasih sayang yang dibarengi
unsur terikatan, keintiman dan kemesraan (Cinta Ideal / Segitiga Cinta) di
sertai dengan belas kasihan, pengabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku
yang bertanggung jawab. Tanggung jawab yang diartikan akibat yang baik,
positif, berguna, saling menguntungkan, menciptakan keserasian, keseimbangan
dan kebahagiaan.
4.2 Cinta Menurut Ajaran Agama
Ada yang berpendapat bahwa etika cinta dapat dipahami
dengan mudah tanpa dikaitkan dengan agama. Tetapi dalam kenyataan hidup manusia
masih mendambakan tegaknya cinta dalam kehidupan ini. Di satu pihak, cinta
didengkan dengan lagu dan organisasi perdamaian dunia, tetapi di pihak lain
dalam praktek kehidupan cinta sebagai dasar kehidupan jauh dari kenyataan. Atas
dasar ini, agama memberikan ajaran cinta kepada manusia.
Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk.
Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri. Kadang- kadang mencintai
orang lain, atau juga istri dan anaknya, harta, atau Allah dan Rasulnya.
Berbagai bentuk cinta ini bisa kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
1. Cinta
Diri
Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap
hidup,mengembangkan potensi dirinya,dan meng aktualisasikan dirinya dan ia pun
mencintai segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan pada dirinya.
Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang menghalanginya untuk hidup.
Berkembang, mengaktualisasikan diri, mendatangkan rasa sakit,
penyakit dan mara bahaya. Al –Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah
manusia terhadap dirinya sendiri ini, kecenderungannya untuk
menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan
menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya, melalui
ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui hal-hal gaib,
tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan menjauhkan
dirinya dari segala keburukan.
“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri
ialah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua
keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan
kemewahan hidup.” (QS,al-Adiyat, 100:8)
“Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri
ialah permohonannya yang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatan, dan
berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila tertimpa bencana,
keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan ia mengira tidak akan bisa
memperoleh karunia lagi,” (QS,Fushilat, 41:49)
Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidaklah terlalu berlebih-lebihan
dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada diri sendiri ini diimbangi dengan
cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan pada mereka.
2. Cinta kepada Sesama
Manusia
Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan
manusia lainnya , ia tidak boleh tidak harus membatasi cintanya pada diri
sendiri dan egoismenya. Oleh karena itu,Allah ketika memberi isyarat tentang
kecintaan manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya
apabila ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh
kebaikan serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang
diperolehnya, setelah itu Allah langsung memberikan pujian kepada orang-orang
yang berusaha untuk tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada dirinya
sendiri dan melepaskan diri dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman,
menegakkan sholat, memberikan zakat, bersedekah terhadap orang-orang miskin dan
tak punya, dan menjauhi segala larangan Allah.
Keimanan yang demikian ini akan bisa menyeimbangkan antara cintanya kepada diri
sendiri dan cintanya pada orang lain, dan dengan demikian bisa
merelisasikan kebaikan individu dan masyarakat. Al-Qur’an juga menyeru kepada
orang-orang yang beriman agar saling mencintai seperti cinta mereka pada diri
mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada
mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.
3. Cinta Seksual
Cinta erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja
dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antar suami dan
istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
“Dan diantara tanda-tanda
kekuasanNya ialah Dia yang menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung, dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir.” (QS,Ar-Rum, 30:12)
Dorongan seksual melakukan suatu
fungsi penting yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis.
4. Cinta Keibuan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang
terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin
suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya dengan hati-hati
penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu. Sedangkan menurut para
ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan karena fisologis,
melainkan dorongan psikis.
5. Cinta Kebapakan
Mengingat bahwa antar ayah dan anak-anaknya tidak terjalin oleh
ikatan-ikatan fisiologis seperti yang menghubungkan si ibu dan anaknya , maka
para ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah
dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis.
Dorongan ini nampak jelas dalam cinta bapak kepada anak-anaknya , karena mereka
sumber kesenangan, kegembiraan baginya , kekuatan, kebanggan ,dan
merupakan faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dan tetap
terkenangnya setelah dia meninggal dunia. Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an
diisyaratkan dalam kisah Nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak
jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta,kasih sayang, belas
kasihan, untuk naik perahu agar tidak tenggelam ditelan ombak :
“Dan Nuh memanggil anaknya –
sedang anak itu berada di trmpat yang jauh terpencil – : “Hai ..anakku naiklah
(kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama orang-orang yang
kafir.” (QS, Yusuf, 12:84)
Biasanya cinta kebapakan nampak
dalam perhatian seorang bapak kepada anak-anaknya, asuhan, nasehat, dan
pengarahan yang diberiaknnya kepada mereka , demi kebaikan dan kepentingan
mereka sndiri.
6. Cinta Kepada
Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat
memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan
simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan
membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupan
dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain. Semua tingkah laku dan
tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya :
Katakanlah : “Jika kamu
(benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha penyayang”(QS Ali
Imran, 3:31)
Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjasi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua
bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam
semesta.
7. Cinta Kepada Rasul
Cinta kepada rasul, yang diutus
Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat kedua
setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi
manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur.
4.3 Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum
bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadaminta yaitu perasaan sayang,
perasaan cinta atau perasaan suka pada seseorang. Dalam berumah tangga kasih
sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari
cinta. Dalam kasih sayang sadar atau tidak dituntut tanggung jawab,
pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling
terbuka, sehingga keduannya merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Seorang remaja menjadi frustasi, morfinis, berandalan dan sebagainya itu
disebabkan karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga.
Kasih
sayang, dasar komunikasi dalam suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang
tuanya pada prinsipnya anak terlahir dan terbentuk sebagai hasil curahan kasih
sayang orang tuanya. Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas
dari kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Suatu hubungan yang harmonis akan
terjadi bila hal itu terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
4.4 Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga
kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib.
Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata.
Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi
rasa cinta dan kasih. Ada pula, Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan
umur, yaitu:
• Kemesraan dalam Tingkat Remaja,
terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja
memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya
kuat.
• Kemesraan dalam Rumah Tangga,
terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun
wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama
biasanya semakin berkurang.
• Kemesraan Manusia Usia Lanjut,
Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini
diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.
4.5
Pemujaan
Pemujaan adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita
senangi.Pemujaan dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada
leluhur,memuja pada agama tertentu dan kepercayan yang ada.seperti Pemujaan
pada leluhur adalah suatu kepercayaa bahwa para leluhur yang telah meninggal
masih memiliki kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih
hidup. Dalam beberapa budaya Timur, dan tradisi penduduk asli Amerika, tujuan
pemujaan leluhur adalah untuk menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada
orang hidup, dan kadang-kadang untuk meminta suatu tuntunan atau bantuan dari
leluhur. Fungsi sosial dari pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan
nilai-nilai kekeluargaan, seperti bakti pada orang tua, kesetiaan keluarga,
serta keberlangsungan garis keturunan keluarga.
4.6 Belas Kasihan
Belas kasihan disebut juga dengan kepedulian adalah emosi manusia yang muncul
akibat penderitaan orang lain. Lebih kuat daripada empati , perasaan ini
biasanya memunculkan usaha mengurangi penderitaan orang lain.
Di dalam kehidupan nyata, jika kita tidak bisa mengubah konsep mementingkan
diri sendiri yang terbentuk sejak lahir ini, sudah pasti kita tidak akan bisa
memperlakukan orang lain dengan belas kasih. Setelah benar-benar masuk dalam
jalan kultivasi, saya baru berangsur-angsur memahami makna belas kasih.
Hati yang berbelas kasih bisa menghubungkan energi dan menginisiasi energi yang
tanpa batas. Belas kasih itu sendiri merupakan suatu medan energi yang sangat
besar. Seberapa besar kelapangan dada seseorang, seberapa besar pula energi
yang bisa dia dapatkan. Jika seseorang selalu memiliki hati belas kasih, maka
kelapangan dada yang dia miliki juga bisa berlimpah-limpah bagaikan alam
semesta, dia akan memiliki energi teramat besar hingga mampu menaklukkan
segala-galanya. Ketika seseorang bisa mengunakan belas kasihnya untuk mengubah
musuhnya, pada saat itu energi semacam itu akan menjadi senjata yang lebih
ampuh bila dibandingkan dengan pisau dan pedang.
Menghadapi konflik antar manusia atau sekat diantara para kultivator, tidak
peduli mereka berusaha dengan cara manusia yang manapun untuk menghilangkan,
tidak akan mendapatkan cara penyelesaian secara tuntas, hal ini disebabkan oleh
karena cara manusia itu kekurangan energy Tetapi kekuatan dari belas kasih bisa
menguraikan segala permusuhan, sehingga membuat segala perputaran sebab dan
akibat yang berada didunia ini mendapatkan penyelesaian baik. Pancaran sinar
belas kasih melebihi beribu-ribu kata, ia bisa membuat dendam dan sekatan yang
berada di antara hati manusia dengan sekejab hilang tanpa berbekas.
4.7 Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih erotis yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan
dengan seseorang lainnya. cinta kasih erotis bersifat ekslusif, bukan
universal, pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali di campurbaurkan dengan
pengalaman yang dapat di eksplosif berupan jatuh cinta. Tetapi seperti yang
telah dikatakan terlebih dahulu , pengalaman intimitas, kemesraan yang
tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya sementara.
Keinginan seksual menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan
merupakan nafsu fisi belaka, untuk meredakan ketegangan yang menyakitkan.
Rupanya keinginan seksual dengan mudah dapat di dicampuri atau di stimulasi
oleh tiap-tiap perasaan yang mendalam.
Dalam cinta kasih erotis terdapat eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta
kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan, sering kali eksklusivitas
dalam cinta kasih erotis di salah tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan
hak milik, contoh sering kita jumpai separang orang-orang yang sedang saling
mencintai tanpa merasakan cinta kasih terhadap setiap orang lainya.
Cinta kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian
yaitu bahwa seseorang sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang
sedalam-dalamnya dan menerima pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini
merupakan dasar gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua
mempelainya tidak pernah memilih jodohnya sendiri, beda halnya dengan
kebudayaan barat/ zaman sekarang, gagasan itu ternyata tidak dapat diterima
sama sekali. Cinta kasih hanya di anggap sebagai hasil suatu reaksi emosional
dan spontan.Dengan demikian, bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi
individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari
perbuatan kemauan.
BAB 5
Manusia dan Keindahan
Manusia dan Keindahan
5.1 Keindahan
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu
berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek
dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan identik dengan
kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun
kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya
tidak indah.
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang,
hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar
atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi,
psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah
entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan
dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar
katanya adalah “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan
kata “beautiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan
Spanyol ”beloo”. Kata benda Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah
κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk “indah” itu καλός, kalos. Kata
bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat
etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.” Dalam bahasa
Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam (waktu) yang
sepatutnya.”
Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan)
dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”,
Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa
Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian
mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan
sehingga ditulis “bellum”. Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:
Keindahan dalam arti
luas.
Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas
mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah
dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya
meliputi :
• keindahan seni
• keindahan alam
• keindahan moral
• keindahan intelektual
• keindahan alam
• keindahan moral
• keindahan intelektual
Keindahan dalam arti
estetik murni.
Keindahan dalam arti
estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diserapnya.
Keindahan dalam arti
terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti
yang terbatas, mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut
bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan
bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan
dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu
benda dan di antara benda itu dengan si pengamat.
5.2 Renungan
Renungan berasal dari kata dasar
“renung” yang artinya memikirkan sesuatu secara diam-diam, atau memikirkan
sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan merupakan wujud dari merenung. Renungan
dapat berupa memikirkan tentang sesuatu yang dirasanya ada yang kurang, sesuatu
yang tidak sempurna, atau masalah dalam kehidupan. Renungan dapat menentramkan
jiwa, menenangkan hati dan membuat aliran suatu pikiran menjadi lancar.
Renungan juga dapat berupa memikirkan sesuatu untuk menciptakan suatu karya
seni.
Renungan bisa juga dikatakan
memikirkan sesuatu hal yang telah terjadi, yang baru terjadi, maupun belum
dialami oleh manusia. Suatu contoh renungan yaitu, suatu ketika manusia ingin
membuat suatu karya seni rupa. Kemudian manusia itu belum mempunyai ide tentang
karya seni rupa apa yang ingin dibuat. Salah satunya dengan cara merenung, lalu
pergi ke suatu tempat yang tenang. Dia mengharapkan suatu petunjuk atau ide untuk
karya seni rupa yang ingin ia buat. Dalam merenung menciptakan seni ada
beberapa teori. Teori-teori itu ialah : teori pengungkapan, teori metafisik dan
teori psikologik.
5.3 Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi yang mengandung arti cocok, kena benar, dan
sesuai benar. Kemudian keserasian merupakan keselarasan, kesepadanan,
keharmonisan antara yang satu dengan yang lainnya. Kata cocok, kena dan sesuai
itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Dalam pengertian
perpaduan misalnya, warna cat rumah dipadukan suasana alam yang hijau
disekitarnya. Apabila warna cat rumah itu cocok dengan alam sekitarnya maka
akan enak dipandang. Karena itu dalam keindahan ini, sebagian para ilmuan
menjelaskan, bahwa keindahan pada dasamya adalah sejumlah kualitas atau pokok
tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kulitas yang paling disebut oleh
sebagian ahli piker adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony),
kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Filsuf Ingris Herbert Read merumuskan definisi, bahwa keindahan adalah kesatuan
dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan
inderawi kita (beauti is unity of formal relations among our sence-perception).
Pendapat lain menganggap pengalaman estetik suatu keselarasan dinamik dari
perenungan yang menyenangkan.
Teori tentang
Keserasian.
1. Teori Objektif dan
Teori Subjektif
Teori Objektif menyatakan bahwa keindahan atau
ciri-ciri yang menciptakan nilai estetika adalah sifat (kualitas) yang memang
melekat dalam bentuk indah yang bersangkutan. Pendukung teori objektif adalah
Plato, Hegel, dan Bernard Bocanquat. Sedangkan teori subjektif menyatakan bahwa
ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya
perasaan dalam diri. Pendukung teori subjektif adalah Henry Home, Earlof
Shaffesbury, dan Edmund Burke.
2. Teori Perimbangan
Dalam arti yang terbatas yakni secara
kualitatif yang di ungkapkan dengan suatu perhitungan, keindahan sesungguhnya
tercipta dan tidak ada keteraturan yakni tersusun dari daya hidup,
penggambaran, pelimpahan, dan pengungkapan perasaan.
Sumber:
Jakarta, 14 Oktober 2015
Jam 20:50